Pengertian anoreksia nervosa menurut DSM-IV adalah “keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut.”
Anoreksia nervosa terbagi kepada dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, individu tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan berlebihan (binge eating) atau muntah kembali (purging). Mereka terlalu mengehadkan konsumsi karbohidrat dan makan mengandung lemak. Manakala pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara segaja (APA, 2005)
Gambaran Klinis Anoreksia Nervosa
Kebanyakan orang dengan anoreksia nervosa melihat diri mereka sebagai orang dengan kelebihan berat badan, walaupun sebenarnya mereka menderita kelaparan atau malnutrisi. Makan, makanan dan kontrol berat badan menjadi suatu obsesi. Seseorang dengan anoreksia nervosa akan sentiasa mengukur berat badannya berulang kali, menjaga porsi makanan dengan berhati-hati, dan makan dengan kuantiti yang sangat kecil dan terhadap pada sebagian makanan (Wonderlich et al, 2005).
Kebanyakan pasien dengan anoreksia nervosa juga akan mempunyai masalah psikiatri dan macam-macam penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas, perilaku terasuk (obsessive), penyalahgunaan zat, komplikasi kardiovaskular dan neurologis, dan perkembangan fisik yang terhambat (Becker et al, 1999). Gejala lain yang mungkin terlihat dari waktu ke waktu termasuk penipisan tulang (osteopenia atau osteoporosis), rambut dan kuku yang rapuh, kulit yang kering dan kekuningan, perkembangan rambut halus dikeseluruhan tubuh (misalnya, lanugo), anemia ringan, kelemahan dan kehilangan otot, konstipasi berat, tekanan darah rendah, pernafasan dan pols yang melemah, penurunan suhu tubuh internal; menyebabkan orang tersebut sering merasa dingin, dan kelesuan (Wonderlich, 2005).
Sebagai akibat dari nutrisi buruk, gangguan endokrin yang melibatkan aksis hipotalamus-pituitari-gonad timbul, bermanifestasi pada wanita yaitu amenorrea dan pada laki-laki yaitu kurangnya minat berseksual dan kesuburan. Pada anak-anak yang prapubertas, pubertasnya lambat dan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya terbantut (Chavez dan Insel, 2007). Gejala metabolik lainnya, seperti lelah dan intoleransi terhadap kedinginan juga disebabkan oleh gangguan aksis hipotalamus-pituitari-gonad (Kiyohara et al, 1987). Selain itu, resiko untuk mengalami fraktur tulang berkaitan juga dengan pasien dengan AN karena saiz tulang yang berkurang dan densitas mineral tulang (Karlsson et al, 2000).
Kadar serum leptin dalam anoreksia nervosa yang tidak dirawat adalah rendah (Eckert et al, 1998). Pada anoreksia nervosa juga dijumpai peningkatan kadar kortisol dan kegagalan deksametason untuk mensupresinya. Kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) adalah normal, tetapi kadar tiroksin dan triiodotironin adalah rendah (Kiyohara et al, 1987). Growth hormone meningkat, tetapi insulin-like growth factor 1 (IGF-1) yang diproduksi oleh hati, menurun. Pengurangan densitas tulang diobservasi pada pasien dengan anoreksia nervosa meningkatkan risiko untuk mengalami fraktur dan berkaitan dengan defisiensi berbagai nutrisi, penurunan sterois gonad dan peningkatan kortisol dan (Karlsson et al, 2000).
Pada pasien dengan tipe tertentu anoreksia nervosa, sering dilihat kadar serotonin total, yang menyokong hipotesis bahwa kadar serotonin otak yang tinggi dapat menyebabkan perbuatan kompulsif, atau mungkin menginhibisi pusat selera (Tecott, 1995).