Berikut ini faktor risiko osteoporosis
yang tidak dapat dikendalikan:
Jenis kelamin
Kaum wanita mempunyai faktor risiko
terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan kaum pria. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35
tahun.
Usia
Semakin tua usia, risiko terkena
osteoporosis semakin besar karena secara alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan
bertambahnya usia. Osteoporosis pada
usia lanjut terjadi karena berkurangnya massa tulang yang juga disebabkan
menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.
Ras
Semakin
terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena itu,
ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark)
dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras Afrika
hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat dibanding ras kulit putih
Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada
tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada
ras Afrika.
Pigmentasi dan tempat tinggal
Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di
wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih rendah
dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub seperti
Norwegia dan Swedia.
Riwayat keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami
osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang rendah, maka keturunannya
cenderung berisiko tinggi terkena osteoporosis.
Sosok tubuh
Semakin
mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga
seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis
dibanding yang bertubuh besar.
Menopause
Wanita
pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak lagi
memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan
mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan
bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi
pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah.
Menopause
dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan
adanya penyakit kandungan seperti kanker, mioma dan lainnya. Menopause dini
juga berakibat meningkatnya risiko terkena osteoporosis.
Berikut ini faktor – faktor risiko
osteoporosis yang dapat dikendalikan. Faktor-faktor ini biasanya berhubungan
dengan kebiasaan dan pola hidup.
Aktivitas fisik
Seseorang
yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya tidak terlatih dan menjadi
kendor. Otot yang kendor akan mempercepat menurunnya kekuatan tulang. Untuk
menghindarinya, dianjurkan melakukan olahraga teratur minimal tiga kali dalam seminggu (lebih baik dengan beban untuk
membentuk dan memperkuat tulang).
Kurang kalsium
Kalsium
penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan
mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain,
termasuk yang ada di tulang. Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan
asupan vitamin D yang didapat dari sinar matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium
tidak mungkin diserap usus (Suryati, 2006).
Merokok
Para perokok berisiko terkena
osteoporosis lebih besar dibanding bukan perokok. Telah diketahui bahwa wanita
perokok mempunyai kadar estrogen lebih rendah dan mengalami masa menopause 5
tahun lebih cepat dibanding wanita bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam
rokok berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan penggunaan kalsium.
Akibatnya, pengeroposan tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat.
Minuman keras/beralkohol
Alkohol
berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung. Dan ini
menyebabkan perdarahan yang membuat tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam
darah) yang dapat menurunkan massa tulang dan pada gilirannya menyebabkan
osteoporosis.
Minuman soda
Minuman
bersoda (softdrink) mengandung fosfor dan kafein (caffein). Fosfor akan
mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar dari tulang, sedangkan kafein
meningkatkan pembuangan kalsium lewat urin. Untuk menghindari bahaya
osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi dengan minum susu
atau mengonsumsi kalsium ekstra (Tandra, 2009)
Stres
Kondisi
stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol yang diproduksi
oleh kelenjar adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi akan meningkatkan
pelepasan kalsium kedalam peredaran darah dan akan menyebabkan tulang menjadi
rapuh dan keropos sehingga meningkatkan terjadinya osteoporosis.
Bahan kimia
Bahan
kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan dalam bahan makanan (sayuran dan
buah-buahan), asap bahan bakar kendaraan bermotor, dan limbah industri seperti
organoklorida yang dibuang sembarangan di sungai dan tanah, dapat merusak
sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat daya tahan tubuh menurun dan membuat
pengeroposan tulang (Waluyo, 2009).