Albert Bandura lahir di Mudane Kanada, 4 Desember
1925. Dia adalah seorang psikolog. Ia menerima gelar sarjana muda di bidang
psikologi University of British of
Columbia pada tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Iowa, tempat di
mana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat
berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.
Tahun
1953, dia mulai mengajar di Standford University. Di sini, dia kemudian bekerja
sama dengan salah seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil
kerja sama mereka berjudul Adolescent Aggression terbit tahun 1959. Bandura
menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam
Distinguished Scientific Contributions tahun
1980.
Teori-teori
Albert Bandura banyak di aplikasikan dalam bidang pendidikan terutama pada
pembelajaran sosial (social learning
theory). Teori pembelajaran sosial ini pada awalnya dinamakan sebagai “Teori Sosial Kognitif” oleh Bandura sendiri
(Moore, 2002). Teori pembelajaran sosial
menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, kognitif dan tingkah laku memainkan
peranan penting dalam pembelajaran (Santrock, 2001). Faktor kognitif akan
mempengaruhi wawasan pelajar tentang pemahaman; sementara faktor sosial,
termasuk perhatian pelajar tentang tingkah laku dan imitasi ibu bapaknya, akan
mempengaruhi tingkah laku pelajar tersebut.
Teori
pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk yang aktif, berupaya
membuat pilihan dan menggunakan proses-proses perkembangan untuk menyimpulkan
peristiwa serta berkomunikasi dengan orang lain. Perilaku manusia tidak
ditentukan oleh pengaruh lingkungan dan sejarah perkembangan seseorang atau
bertindak pasif terhadap pengaruh lingkungan. Dalam banyak hal, manusia adalah
selektif dan bukan entiti yang pasif, yang boleh dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
mereka.
Bandura
(1977) menyatakan bahwa "Learning
would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely
solely on the effects of their own action to inform them what to do.
Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling:
from observing others one form an idea of her new behavior are performed, and
on later occasion this coded information serves as a guide for action".
Teori
Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi
lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis
ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi,
maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap
bahawa judi itu adalah tidak baik.
Teori
belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar
dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan
bahwa tingkah laku (B = behavior),
lingkungan (E = environment) dan
kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P
= perception) adalah merupakan
hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering
dievaluasi, iaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan
personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri
individu.
Teori
belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada
seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan
diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana
(Kardi, S., 1997: 14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan
secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling),
dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam
pembelajaran terpadu.
Ada dua
jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational
learning).
1.
Pertama,
pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami
orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya,
seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana
perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya
sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan
melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement.
2.
Kedua,
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu
tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang
memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh
pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan
oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang
pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
Menurut
Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri
(kognitif) dan lingkungan. Untuk menjelaskan pandangan ini, beliau telah
mengemukakan teori tentang imitasi. Bersama dengan Walter (1963) dia mengadakan
penelitian pada anak-anak dengan cara menonton orang dewasa memukul, mengetuk
dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit ‘sockeroo’ dalam film.
Setelah menonton film anak-anak ini diarah bermain di ruang permainan dan terdapat
patung seperti yang ditayangkan dalam film. Setelah kanak-kanak tersebut
melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang
mereka tonton dalam film.
Pendekatan
teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral ditekankan
pada perlunya conditioning
(pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
Prosedur-prosedur
Social learning:
Conditioning
Prosedur
belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan
prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan; Reward (hadiah), Punishment (hukuman). Dasar pemikirannya: Sekali seorang
mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan
hukuman (punishment), sehingga dia
bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat.
Imitation
Imitation (peniruan). Dalam hal ini, orang tua
dan guru diharapkan memainkan peran penting sebagai seorang model/tokoh yang
dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral. Kualitas kemampuan peserta didik
dalam melakukan perilaku social hasil pengamatan terhadap model tersebut,
antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman
yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi.
Selain itu, tingkat kualitas imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi
peserta didik “siapa “ yang menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan
berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku social
dan moral peserta didik tersebut. Jadi dalam Social Learning, anak belajar karena contoh lingkungan. Interaksi
antara anak dengan lingkungan akan menimbulkan pengalaman baru bagi anak-anak.
Tags
Tokoh Psikologi
Mau tanya nih, diatas ada tulusan yang menyatakan "Teori pembelajaran sosial ini pada awalnya dinamakan sebagai “Teori Sosial Kognitif” oleh Bandura",
BalasHapusbukannya Teori pembelajaran sosial dulu kemudian baru skarang berganti menjadi Teori Sosial Kognitif??
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Kognitif_Sosial#Konsep-konsep_Utama_dari_Teori_Kognitif_Sosial
maaf, hanya sekedar kritik, Bandura dilahirkan di Mundare, bukan Mundane :)
BalasHapus