Observasi barangkali menjadi metode paling dasar dan paling tua dalam sebuah penelitian, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Beberapa penelitian baik itu kualitatif maupun kuantitif mengandung observasi di dalamnya.
Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘MELIHAT’ dan ‘MEMPERHATIKAN’. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi seringkali menjadi bagian dalam penelitian dalam berbagai disiplin ilmu baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperiental) maupun alamiah.
Observasi yang berarti mengamati bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking, atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Justru karena observasi selalu terlibat dalam proses pengambilan data, observasi kadang dianggap dapat dilakukan oleh siapapun, tidak perlu dibahas secara khusus. Karena kedapatannya dengan suasana kehidupan sehari-hari (selama masih hidup, sadar maupun tidak, semua orang melakukan observasi), observasi terkadang diangap sebagi metode yang kurang ilmiah. Setiap individu dapat memiliki persepsi yang sangat berbeda mengenaisuatu fenomena yang sama. Apa yang dilihat seseorang sangat tergantung pada minat, bias-bias dan latar belakang mereka. Oleh karena itu, menurut Patton Bahwa persepsi selektif pada manusia menyebabkan munculnya keragu-raguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai suatu metode pengumpulan data yang ilmiah. Menanggapi keragu-raguan tersebut Patton mengingatkan bahwa persepsi selektif yang mewarnai bias-bias dan minat pribadi tersebut sesungguhnya terjadi pada kebanyakan orang awam yang memang tidak terlatih. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
Latihan observasi mencakup belajar mengadakan observasi secara umum pada konteks atau subjek yang dipilih, maupun mengadakan observasi dengan fokus-fokus khusus. Peneliti juga perlu berlatih begaimana menuliskan hasil observasi secara deskriptif, dan mengembangkan kedisiplinan mencatatat kejadian lapangan secara lengkap dan menditail. Peneliti seyogyanya dapat menentukan kapan perlu dan harus menulis secara detail, dan membedakannya dari upaya mencatat semua hal yang tidak perlu secara berlebihan. Tanpa keterampilan demikian, peneliti akan mengalami kebingungan, terbebani oleh banyaknya hal yang terlibat dalam proses observasi tanpa dapat memilih secara tepat apa yang harus dilaporkan.
Sebagai metode ilmiah observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi sebanarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengamatan yang tidak langsung misalnya melalui quesionere dan tes.
Menurut Jehoda, observasi dapat menjadi alat penyelidikan ilmiah, apabila:
- Mengabdi kepada tujuan-tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
- Direncanakan secara sistematik, bukan terjadi secara tidak teratur.
- Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan proporsi-proporsi yang lebih umum, tidak hanya dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu semata-mata.
- Dapat di cek dan dikontrol validitas, relibilitas, dan ketelitiannya sebagaimana data ilmiah lainnya.
Tags
Psikodiagnostik