Mental yang sehat akan menghasilkan hati atau qalbu yang sehat pula atau menghasilkan kecerdasan qalbu. Apabila Kecerdasan hati terwujud, maka akan ditekankan pemanfaatan potensi manusia secara integral dalam hubungannya dengan pengembangan kepribadian, hal ini haruslah disertai prinsip yang berguna dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan mental. Menurut Schneiders prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Prinsip Berdasarkan Hakikat Manusia
- Kesehatan mental dan penyesuaian diri tergantung kondisi jasmani yang baik dan integritas organisme.
- Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka perilaku individu harus sesuai dengan hkikat kemanusiaannya. sebagai mahluk yang memiliki moral, intelektual, agama, emosional dan sosial.
- Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai melalui integrasi dan kontrol diri baikdengan cara berfikir, memuaskan keinginan, mengekspresikan keinginan dan bertingkah laku.
- Dalam mencapai dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, perlu memperluas pengetahuan tentang diri sendiri.
- Kesehatan mental memerlukan konsep diri: pengetahuan dan sikap trehadap kondisi fisik dan psikis diri sendiri secara sehat, yang meliputi: penerimaan diri dan penghargaan terhadap status diri ssendiri secara relistik atus wajar.
- Untuk mencapai kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka pemahaman diri atau self inside dann penerimaan diri, perlu idisertai dengan upaya-upaya perbaikan diri dan perwujudan diri.
- Kestabilan mental dan penyesuaian diri yang baik dapat dicapai dengan pengembangan moral yang luhur dalam diri sendiri, seperti sikap adil, hati-hati, integritas pribadi, rendah hati dan kejujuran.
- Pencapaian dan pemeliharaan kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung pada penanaman dan pengembangan kebiasaan yang baik.
- Kestabilan mental dan penyesuaian diri menuntut adanya kemampuan melakukan perubahan sesuai dengan keadaan (kondisi lingkuangan) dan kepribadian
- Kesehatan mental dan penyesuaian diri memerlukan usaha terus menerus untuk mencapai kematangan berpikir, mengekspresikan emosi dan melakukan tindakan.
- Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai dengan belajar mengatasi konflik dan frustasi serta ketegangan-ketegangan secara efektif.
Prinsip Berdasarkan pada Hubungan Manusia dengan Lingkungan
- Kesehatan mental dan penyesuaian diri tergantung pada hubungan antar pribadi yang harmonis, terutama dalam kehidupan keluarga.
- Penyesuain yang baik dan ketegangan batin tergantung pada kepuasan dalam bekerja.
- Kesehatan mental dan penyesuain diri dicapai dengan sikap yang realistis, termasuk penerimaan terhadap kenyataan secara sehat dan objektif.
Prinsip Berdasarkan pada Hubungan Manusia dengan Tuhan
- Kestabilan mental tercapai dengan perkembangan kesadaran terhadap sesuatu yang lebih luhur daripada dirinya sendiri tempat ia bergantung: Allah SWT.
- Kesehatan mental dan ketenangan batin dicapai dengan kegiatan yang tetap dan teratur dalam hubungan manusia dengan Tuhan seperti melalui sholat dan berdo’a. (Syamsu Yusuf,2009)
Kartini Kartono berpendapat ada tiga prinsip pokok secara umum untuk mendapatkan kesehatan mental, yaitu:
Pemenuhan kebutuhan pokok
Setiap individu selalu memiliki dorongan-dorongan dan kebutuhan-kebutuhan pokok yang bersifat organis (fisik dan psikis) dan yang bersifat sosial. Kebutuhan- kebutuhan dan dorongan-dorongan itu menuntut pemuasan. Timbullah ketegangan ketegangan dalam usaha pencapaiannya. Ketegangan cenderung menurun jika kebutuhan- kebutuhan terpenuhi, dan cenderung naik/makin banyak jika mengalami frustasi atau hambatan-hambatan.
Kepuasan
Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Dia ingin merasa kenyang, aman, terlindung, ingin puas dalam hubungan seksnya, ingin mendapat simpati dan diakui harkatnya. Intinya ia ingin puas di segala bidang, lalu timbullah Sense of Importancy dan Sense of Mastery, (kesadaran nilai dirinya dan kesadaran penguasaan) yang memberi rasa senang, puas dan bahagia.
Posisi dan status social
Setiap individu selalu berusaha mencari posisi sosial dan status sosial dalam lingkungannya. Tiap manusia membutuhkan cinta kasih dan simpati. Sebab cinta kasih dan simpati menumbuhkan rasa diri aman/assurance, keberanian dan harapan-harapan di masa mendatang. Orang lalu menjadi optimis dan bergairah. Oleh karena itu individu-individu yang mengalami gangguan mental, biasanya merasa dirinya tidak aman. Mereka senantiasa dikejar-kejar dan selalu dalam kondisi ketakutan. Dia tidak mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan hari esok, jiwanya senantiasa bimbang dan tidak seimbang.
Zakiah Darajat berpendapat kehilangan ketentraman batin itu disebabkan oleh ketidakmampuan menyesuaikan diri, kegagalan, tekanan perasaan, baik yang terjadi di rumah tangga, di kantor ataupun dalam masyarakat. Maka sebagai upayanya Zakiah Daradjat mengutip firman Allah SWT. QS. Ar-Ra’du : 28:
Artinya “……ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah itu hati menjadi tentram” (QS. Ar-Ra’du : 28)
Dalam ayat di atas dinyatakan bahwa dzikir itu bisa membentuk hati manusia untuk mencapai ketentraman. Dzikir berasal dari kata dzakara artinya mengingat, memperhatikan, mengena, sambil mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti. Biasanya perilaku dzikir diperlihatkan orang hanya dalam bentuk renungan sambil duduk berkomat-kamit. Al-Qur'an memberi petunjuk bahwa dzikir itu bukan hanya ekspresi daya ingat yang ditampilkan dengan komat-kamitnya lidah sambil duduk merenung, tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif dalam berbagai variasi yang aktif dan kreatif.
Seseorang itu dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan menegakkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu:
- Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang positif.
- Memiliki integrasi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam mengatasi problema hidup termasuk stress.
- Mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal guna berproses mencapai kematangan.
- Mampu bersosialisasi atau menerima kehadiran orang lain.
- Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan.
- Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan bagi hidupnya.
- Pengawasan diri atau memiliki kontrol terhadap segala keinginan yang muncul.
- Memiliki perasaan benar dan sikap bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya.